Mohon Doa Restunya

Apa salah dan dosanya “POLIGAMI’?

Apa salah dan dosanya “POLIGAMI’?

Oleh. M Danial Bustomi

Saat ini gempar-gemparnya orang membicarakan tentang pernikahan kedua Aa Gym(Abdullah Gymnastiar). Kontroversi POLIGAMI kembali dibicarakan, mulai dukung mendukung, kutuk-mengutuk, caci maki dan banyak lagi yang lainnya. Para ibu-ibu yang dulunya ‘ngefans’ berat sama Aa Gym, kini mulai mengutuk dan membenci Aa Gym, kayaknya Aa Gym adalah orang yang paling tidak tahu diri. “ Kok bisa-bisanya seorang yang banyak dikagumi oleh banyak orang tega melakukan poligami? Mengapa Aa Gym tega-teganya menyakiti hati teh Ninih (Ninih Mutmainnah)? Apa kurangnya teteh? Sudah baik, banyak mendukung Aa dan menemani Aa dalam suka dan duka. Apa coba kurangnya?”. Protes para Ibu-ibu yang merasa kecewa dengan sikap yang diambil oleh Da’i kondang tersebut. Negarapun tidak hanya tinggal diam, Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) pun merapatkan hal ini juga ditingkatan nasional, seolah-olah Poligami adalah suatu urusan negara yang amat mendesak. Sedangkan para suami dan hidung belang yang melakukan selingkuh tidak ditindak, bahkan mereka tersenyum sambil mengatakan ke istrinya “Lihat..!!! Aa Gym aja poligami, masak Bapak tidak diijinkan sih, Ma?”. Tidak kalah hebohnya, pertelevisian kitapun sibuk menayangkan Pro dan Kontra Pernikahan tersebut. Yah... itulah fenomena kehidupan masyarakat kita saat ini. Mungkin banyak hal yang perlu kita pelajari dalam fenomena ini.

Pertama, Aa’ Gym juga Manusia. Mungkin kita lupa, bahwa `Aa Gym juga manusia biasa, dia memiliki yang namanya Nafsu, Syahwat dan keinginan. Mungkin jika para wanita mau bertanya dan para lelaki mempunyai keberanian untuk jujur, maka semua akan mengakui jika dia ingin memiliki istri kedua, ketiga, dan seterusnya. Hanya saja mereka punya banyak alasan yang membuat mereka tetap setia dengan satu istri saja. Dengan alasan, Tidak mampu untuk menafkahi, tidak mampu berbuat adil, tidak mampu membagi cinta dan bisa juga karena tidak ingin menyakiti perasaan istri yang setia dan banyak lagi alasan yang lainnya.

Kedua, perbandingan Laki-laki dan perempuan saat ini di Indonesia sudah mencapai 1 banding 9. Mungkin kita adalah orang yang paling risih dengan yang namanya Pelacur walaupun dengan berbagai alasan. Tapi... pernahkah kita berfikir, untuk saat ini saja, satu lelaki punya perbandingan dengan sembilan perempuan. Lalu jika semua perempuan dinegeri ini tidak ingin di`madu` dan kita menolak yang lainnya untuk melacurkan diri, apa solusi yang kita punya untuk mereka? Apa kita minta mereka menjomblo aja sampai tua? sedangkan mungkin mereka ingin juga seperti perempuan-perempuan lainnya yang dapat menyandang gelar sebagai seorang ISTRI, sehingga sering kita dengar yang namanya Nikah Sirri, Istri Simpanan dan banyak lagi yang lainnya. Mau dikemanakan delapan Orang yang lainnya? Mereka juga bagian dari para wanita yang ingin dianggap dan diterima kehadirannya. Tidakkah kita harus menyadari akan hal itu?

Ketiga, ZINA. Saat ini kita biasa dengar yang namanya TTM [Teman Tapi Mesum], SETIA [Selingkuh Tiada Akhir] dan banyak lagi kata-kata yang dibuat untuk mengisyaratkan suatu keinginan akan suatu hasrat. Sebagaimana yang dialami salah seorang anggota DPR kita yang terhormat, dia terpaksa harus mengakhiri karirnya di senayan hanya karena adanya adegan mesumnya dengan seorang penyanyi dangdut. Ini juga harus kita lihat dari banyak sisi kemanusiaanya. Dipihak suami mungkin mempunyai keyakinan kalau istrinya tidak mungkin merestui jika dia harus dimadu dengan wanita lain, maka Sang Anggota dewanpun mengambil jalur pintas dengan melakukan diluar jalur pernikahan. kita juga harus melihat mengapa sang penyanyi dangdut tersebut mengekspos adegan tersebut ke khayalak umum? bisa jadi adanya keinginan untuk dapat status resmi sebagai Istri dari anggota DPR tersebut. Sehingga, betapa sulitnya untuk dapat menghindari hal-hal seperti ini, dan seharusnya wajar saja kalo `Aa Gym menikah lagi dengan meminta ijin Istri yang dicintainya dengan berbagai alasan yang kita tidak bisa hanya dengan menduga-duga saja. Sebaliknya, Sang anggota DPR saat ini pasti merasa malu dan merasa tidak layak sebagai panutan. Hal itu pula akan menggangu kenyamanan hidup istri dan anak-anaknya dimasyarakat.

Keempat, Tentang keadilan. Saat ini para wanita takut akan adanya `madu` dalam pernikahannya dengan alasan Keadilan. Mungkin kita harus bisa membedakan keadilan dengan pemerataan. Pemerataan itu lebih bersikap serba sama, misalnya Istri pertama minta Mobil BMW, maka Istri kedua Juga harus sama. Namun jika keadilan itu lebih bersifat menurut kebutuhan, misalkan Istri Pertama membutuhkan baju ukuran XL karena dia merasa lebih gemuk atau lebih tinggi dan istri kedua yang lebih kurus tidak mungkin juga diberi baju dengan ukuran yang sama, maka istri kedua wajar jika hanya mendapatkan baju ukuran L saja. Jadi keadilan itu menurut porsi kebutuhannya.

Kelima, Tentang Cemburu. Adanya kecemburuan itu wajar dalam rumahtangga, sifat itu memang telah diberikan oleh Allah kepada semua manusia dari zaman Adam hingga kiamat nantinya. Sifat yang lumrah ini terkadang menjadi pemicu akan keretakan rumahtangga. Jangankan dalam rumahtangga, dalam kehidupan sehari-hari saja hal ini sangat mendominasi. Namun jika kita bisa memenej kecemburuan dalam rumahtangga maka hal itu akan menjadi bumbu yang indah dalam mengarunginya. Para istri Rosullulah saja memiliki sifat cemburu dan itupun dianggap wajar oleh Rosullulah. Merekapun dapat menjaga dan mengendalikan hal tersebut, karena istri-istri Rosullulahpun Manusia biasa.

Namun hal ini bukan berarti Para lelaki dan suami bisa melakukan atau melegalkan hal ini seenak hatinya sendiri. Kita juga harus menilik kepada Agama dan kepercayaan kita (Iman). Jika kita merasa mampu dan kita siap dengan semua konsekuensinya dalam lahir dan batin maka tidaklah hal itu bisa dipersalahkan, namun jika kita melakukannya hanya berlandaskan nafsu dan syahwat saja, maka cobalah untuk menghindari hal ini, mengingat suatu pernikahan bukanlah suatu tanggungjawab didunia saja, namun suatu bentuk bangunan Mahligai di Akhitar kelak.

Aa Gym hanyalah seorang manusia biasa, begitupula dengan Teh Ninih. Jadi wajarlah jika Aa Gym menikah lagi, jika dia merasa mampu untuk berbuat adil dan bisa membahagiakan keduanya serta siap untuk mempertanggungjawabkannya kelak. Apalagi kita ini hanyalah para penonton bagi rumah tangga mereka, kita tidaklah tahu ukuran kemampuan Aa Gym dalam membangun mahligai tersebut. Biarlah waktu yang akan mengajarkan kita akan arti Poligami, lagi pula kita tidak bisa mengadili mereka hanya karena suatu pernikahan yang diperbolehkan oleh Agama, Karena Poligami yang dianggap Aib dan hal tabu itu sebenarnya solusi terbaik yang diberikan oleh Allah, demi keselamatan hamba-Nya didunia saat ini maupun diakhirat kelak. Semoga hal ini dapat menjadi renungan bagi kita semua. Wallahu `Alamu Bisshowab.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Mari Bersama-sama kita bangun BOJONEGORO lebih baik.